A. Agency Theory
dan Pengelolaan Perusahaan
Dalam perekonomian modern, manajemen dan pengelolaan perusahaan semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan
perusahaan. Hal ini sejalan dengan Agency Theory yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan
(pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional
(disebut agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis
sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga
profesional. Mereka, para tenaga-tenaga
profesional, bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen
perusahaan. Sehingga dalam hal ini para profesional tersebut berperan sebagai
agents-nya pemegang saham. Semakin besar perusahaan yang dikelola memperoleh laba semakin besar pula keuntungan yang didapatkan agents. Sementara pemilik perusahaan
(pemegang saham) hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh manajemen serta mengembangkan sistem insentif bagi pengelola manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan
perusahaan.
Namun pada sisi lain pemisahan seperti ini memiliki segi
negatifnya. Adanya keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba perusahaan bisa mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan pengelolanya sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik
perusahaan. Lebih lanjut pemisahan ini dapat pula menimbulkan kurangnya transparansi dalam penggunaan dana pada perusahaan serta keseimbangan yang tepat antara kepentingan-kepentingan yang
ada, misalnya antara pemegang saham dengan pengelola manajemen perusahaan dan antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham
minoritas.
B. Latar Belakang Pelaksanaan Corporate Governance
Perusahaan-perusahaan semakin banyak bergantung pada modal ekstern (modal ekuiti serta
pinjaman) untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan
mereka, melakukan investasi dan menciptakan
pertumbuhan. Oleh karena itu demi kepentingan mereka maka perusahaan perlu memastikan kepada pihak penyandang dana ekstern bahwa dana-dana tersebut digunakan secara tepat dan seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan
perusahaan. Kepastian seperti itu diberikan oleh sistem tata kelola perusahaan
(corporate governance). Sistem corporate governance yang baik memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak
kreditur, sehingga mereka bisa meyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasinya dengan wajar dan bernilai
tinggi. Oleh karena itu, sistem tersebut harus juga membantu menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan sektor usaha yang efisien dan
berkesinambungan. Dengan demikian, corporate governance dapat didefinisikan
sebagai: "seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan". Tujuan corporate governance ialah
"untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders)".
Prinsip-prinsip internasional mengenai corporate governance mulai muncul dan berkembang baru-baru
ini. Prinsip-prinsip tersebut mencakup:
- Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai
perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas
perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan
perusahaan;
- Perlakuan sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham
asing, dengan katerbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam
(insider trading);
- Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan
kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek
keuangan;
- Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja
perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan
(stakeholders);
- Tanggungjawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang
saham.
Pemerintah memegang peranan penting yang mendukung dengan menerbitkan dan memberlakukan pengaturan yang memadai misalnya tentang pendaftaran
perusahaan, pengungkapan data keuangan perusahaan serta peraturan-peraturan tentang tanggungjawab Komisaris dan
Direksi. Namun perusahaan memegang tanggungjawab utama untuk melaksanakan sistem
corporate governance yang baik di dalam
perusahaannya. Perusahaan harus menyadari bahwa sistem
corporate governance yang baik sangat berarti bagi kepentingan-kepentingan pemegang
sahamnya, finansirnya (penyandang dana) serta
karyawannya, dan dengan begitu bagi perusahaan itu
sendiri. Perusahaan-perusahaan harus mengantisipasi pemberlakuan yang lebih tegas dari peraturan perundang-undangan yang
ada, mengantisipasi pemberlakuan peraturan perundang-undangan yang
baru, serta mengantisipasi pengawasan masyarakat yang semakin tajam terhadap tindakan dan langkah yang diambil perusahaan-perusahaan
tersebut.
C. Manfaat Penerapan Corporate Governance
Dengan melaksanakan corporate
governance, ada beberapa manfaat yang bisa dipetik antara lain:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih
baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders.
2 Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid
(karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan
corporate value.
3 Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan
Shareholders's Value dan deviden. Khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil
privatisasi.
|